exclusivemails.net

Jumat, 26 Februari 2010

Jika...


Jika engkau muslimah
Senyumlah dan bahagialah ….
Karena kau tahu Neraka bukan tempat melangkah
Dan Surga adalah tempat yang harus kau Jamah
Berusahalah dan berdo’alah ….
Istiqomahlah dan Kuatkanlah …..
Tingkatkan Taqwamu dan Memintalah …
Semoga KehendakNya adalah harapan kau Melangkah


Jika muslimah adalah dirimu
Tabarruj tentu bukanlah bagianmu
Hijab menjadi belenggu auratmu
Menjadi fitnah selalu bukan tujuanmu
Sholihah adalah panggilan mereka kepadamu
Aisyah dan Fatimah adalah guru terbaikmu
Dan Ilmu selalu akan menghiasi pribadimu

Jika Menjadi Sholihah Pilihanmu
Tentu Allah jadi nomor satu
Dan nomor dua juga bukan milik Suamimu
Amanat yang kau jaga adalah mutiara pemilikmu
Kepatuhanmu akan jadi perisai orangtuamu
Untuk itu….., kalaulah badai menghadang pijakanmu
Selalu jadilah batu karang dan teruslah membatu

Dunia menawarkan segalanya
Jika kau terlena ….. janganlah kau tertawa
Neraka berbahagia menyambut sahabat setia
Jika kau salah menuju jalan kepadaNya
Renungkanlah …. Dan kembali bertanya
Goresan Pena Hamba di sutra PemberianNya
Apakah membuat Surga akan membela ….?
Jika keyakinanmu sepenuh Gerhana ….
Rajut kembali prasastimu dan waspada
Jika keyakinanmu sebesar mata penghisap bunga
Lalu apa yang akan kau banggakan di depanNya
Andai menghapus dosa semudah membasuh kepala
Andai Taubatan Nashuha itu semudah meminta
Tentu aku akan membiarkannya …..


(http://taaruf.ning.com/profiles/blogs/2741868:BlogPost:41542)

Rabu, 23 Desember 2009

Pas Foto Merah Putih


Siluet mega berwarna merah
Terlihat indah di nuansa tenggelamnya fajar
Riuh ramai sorak pemuda
Bersaing dengan gema adzan di sudut kota
Mereka tiada bergeming

Gelapnya malam kini tlah kalah oleh pendar lampu
Membuai segolongan pemuda borju dalam gemuruh musik diskotik
Hingar bingar dan hentakannya semakin menggila
Terus dan terus..
Hingga fajar menyingsing

Dan kini..
Matahari tlah tampak tersenyum cerah
Menghangatkan semangat seorang pemulung tua
Mengais sampah tuk menyambung hidup

aahh...
Beginikah negeriku?
Beginikah potret pemuda bangsaku?
sakit...
Bangsa ini sedang sakit
Dan entah kapan sakit ini mampu terobati

Pemuda Al-Baqarah


Senantiasa ku putar
Dua rekaman jejak peninggalanmu
Saat kita dalam kondisi terburuk
Saat aku belum berani berkeras dengan hatiku

Semua masih belum berubah
Seperti saat pertama kali ku dengar tawa dan lantunan Al-Baqarah dari bibir manismu
Saat-saat ku coba membaca hatimu dalam diammu
Saat-saat ku terpesona pada tiap tawamu

Kini aku hanya bisa berdoa
Moga Ia senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagimu
Semua masih seperti dulu
Hatiku masih merindumu

Sajak Muhasabah


Gerimis hujan
Melempar nada indah pada lantunan angin malam
Mendekapku pada dunia tanpa batas
Bermuhasabah dan mengadu pada Sang Masa Pemilik

Pengembaraanku terhenti
Melihat diri terlempar dalam kobaran api maha dahsyat
Terlempar dengan badan yang tak lagi utuh
Sakit
Jeritku tak kuasa menahan tiap jilatan api yang membakar tubuh
Pada siapa ku bisa mengadu?
Bila ini adalah hukuman dari Tuhanku

Slide parade hidupku berputar
Menyisakan tangis penyesalan
Laa haula walaa quwwata illa billah
Jangan biarkan diri ini hidup dalam kesombongan ya Robb..
Sungguh hamba hanya makhluk dhoif penuh dosa
Namun tiada lelah memohon surga-Mu

Senin, 21 Desember 2009

Nasihat Separuh Diri


Aku menyadari bahwa kini tak seperti dulu
Keceriaan itu hilang termakan pilu
Sinar di matanya kini makin meredup
Berganti gelap mendung di langit hati

Hatinya menangis
Lantaran cinta yang tak mampu ia tempatkan
Karena rindu yang tak mampu ia bendung
Karena ia tak tau mesti berbuat apa

Sampai kapan Ukhti..?
Kapan kau perlihatkan lagi tawa ceriamu
Kapan ku bisa melihat sinar di matamu

Cukupkanlah Tuhanmu bagimu
Moga ia yang kau damba benar-benar yang terbaik bagimu
Amin

Dilema


Sesak menahan rasa yang tak jua mereda
Semakin ku redam, rasa itu semakin menggeliat kuat
Memeras air mata kerinduan
Menyayat hati yang rapuh

Bagaimana aku bisa membuang rasa?
Karena menikmatinya aku tak bisa
Bagaimana cara ku tuk membuang rindu?
Bila separuh hatiku berkata mau

Aku sekarat
Terjebak pada perdebatan hati dan pikiran
Melemah...
Lalu mati...

Jumat, 11 Desember 2009

Berkilahnya Lidah

Tlah lama ku bersandar pada dinding kata
Yang lambat laun warna merahnya mulai meluntur
Tertimpa warna hitam dari tiap mulut sang pembawa kabar
Semua kini terlalu rumit
Kebenaran susah dicari
Taktik dan intrik tlah merajai

Duhai lidah
Kau memang dicipta tanpa tulang agar mudah berkilah
Tapi bukan tuk sebuah kebohongan
Melainkan tuk sebuh kebenaran